Selasa, 13 Maret 2018

Pakaian Adat Sumatera Barat

Inilah Pakaian Adat Dari Sumatera Barat (Pria dan Wanita)

Selain masakannya yang sangat familiar baik itu di kancah nasional, maupun mancanegara, Provinsi Sumatera Barat juga dikenal mempunyai kebudayaan yang sangat menarik. Kebudayaan yang sudah terpupuk subur sejak masa lampau tersebut hingga saat ini bahkan tetap terjaga dengan sangat baik. Masyarakat suku Minangkabau dari provinsi ini memang diketahui sangat kuat di dalam mempertahankan adat dan kebudayaanya. Salah satu adat dan kebudayaan tersebut misalnya dalam hal berpakaian. 
Pakaian adat Provinsi Sumatera Barat yang sangat dikenal di kancah nasional sebenarnya sebuah pakaian yang sangat sederhana sekali. Pakaian yang bernama "pakaian Bundo Kanduang atau Limapeh Rumah Nan Gadang" ini mempunyai keunikan terutama di bagian penutup kepala yang bentuknya menyerupai tanduk kerbau atau atap rumah gadang.

Bundo kanduang ini sendiri merupakan pakaian adat khas Minangkabau yang dipakai oleh para wanita yang sudah menikah. Sementara untuk para pria maupun untuk sepasang pengantin, dikenal juga beberapa jenis pakaian adat lainnya. Nah seperti apakah pakaian adat tersebut? Berikut ini penjelasannya.

1. Pakaian Bundo Kanduang atau Limpapeh Rumah Nan Gadang

Pakaian Bundo Kanduang atau Limpapeh Rumah Nan Gadang
Pakaian Bundo Kanduang atau Limpapeh Rumah Nan Gadang

Pakaian Limpapeh Rumah Nan Gadang atau yang sering disebut juga pakaian Bundo Kanduang merupakan lambang kebesaran bagi para wanita yang sudah menikah. Pakaian adat tersebut merupakan simbol dari pentingnya peran seorang ibu di dalam sebuah keluarga. 

Kata Limapeh dalam pakaian adat tersebut artinya adalah tiang tengah dari bangunan rumah adat Provinsi Sumatera Barat. Peran limapeh ini di dalam mengokoh tegakan bangunan merupakan analogi dari peran ibu di dalam sebuah keluarga. Jika limapeh ini rubuh, maka rumah atau suatu bangunan juga akan ikut rubuh, begitu pula jika seorang ibu atau wanita tidak pandai dalam mengatur rumah tangga, maka keluarganya juga tidak akan bertahan lama. 

Secara umum, pakaian adat Bundo Kanduang atau Limpapeh Rumah Nan Gadang ini mempunyai desain yang berbeda-beda dari setiap sub-suku. Namun, beberapa kelengkapan khusus yang pasti ada di dalam jenis-jenis pakaian adat tersebut adalah tingkuluak (tengkuluk), minsie, baju batabue,lambak atau sarung, salempang, galang (gelang), dukuah (kalung), dan beberapa aksesoris lainnya.

A. Tingkuluak (Tengkuluk)

Tingkuluak adalah sebuah penutup kepala yang bentuknya menyerupai kepala dari binatang kerbau atau atap rumah gadang, yaitu rumah tradisional Sumatera Barat. Penutup kepala yang terbuat dari kain selendang ini dipakai sehari-hari maupun ketika dalam upacara adat. 

B. Baju Batabue

Baju batabue atau baju bertabur merupakan baju kurung (naju) yang dihiasi dengan taburan pernak-pernik benang emas. Pernik-pernik sulaman benang emas tersebut melambangkan akan kekayaan alam daerah Provinsi Sumatera Barat yang sangat berlimpah. Corak dari sulaman ini pun sangat beragam. 

Baju batabue ada 4 varian warna, yakni warna merah, biru, hitam, dan lembayung. Pada bagian tepi lengan dan leher ada hiasan yang disebut dengan minsie. Minsie adalah sulaman yang menyimbolkan bahwa seorang wanita suku Minang harus taat kepada batas-batas hukum adat. 

C. Lambak

Lambak atau sarung adalah bawahan pelengkap pakaian adat Bundo Kanduang. Lambak ini ada yang berupa songket dan ada juga yang berikat. Sarung dikenakan menutupi bagian bawah tubuh wanita dengan cara diikatkan pada bagian pinggang. Belahannya dapat disusun di depan, samping, maupun belakang tergantung dari adat nagari atau sub-suku mana yang memakainya. 

D. Salempang

Salempang adalah selendang biasa yang umumnya terbuat dari kain songket. Salempang di letakan dibagian pundak wanita pemakainya. Salempang menyimbolkan bahwa seorang wanita harus mempunyai welas asih pada anak dan cucu, dan harus waspada akan segala kondisi. 

E. Perhiasan

Layaknya pakaian adat wanita dari daerah lain, pakaian adat Provinsi Sumatera Barat untuk wanita juga dilengkapi dengan berbagai macam aksesoris. Aksesoris tersebut biasanya adalah dukuah (kalung), galang (gelang), dan cincin. Dukuah terdapat beberapa motif, yakni kalung perada, daraham, kaban, cekik leher, manik pualam, dan dukuh panyiaram. Secara filosofis, dukuah ini melambangkan bahwa seorang wanita harus selalu mengerjakan segala sesuatunya di dalam azas lingkaran kebenaran. Sementara untuk motif galang diantaranya adalah galang bapahek, kunci maiek, galang ula, galang rago-rago, dan galang basa. Pemakaian gelang mempunyai filosofi bahwa seorang wanita mempunyai batasan-batasan tertentu di dalam melakukan aktivitasnya.

2. Baju Tradisional Pria Minangkabau

Baju Tradisional Pria Minangkabau
Baju Tradisional Pria Minangkabau

Pakaian adat Provinsi Sumatera Barat untuk para pria bernama "pakaian penghulu". Sesuai dengan namanya, pakaian adat ini hanya dipakai oleh tetua adat atau orang tertentu, dimana dalam cara pemakaiannya juga di atur dengan sedemikian rupa oleh hukum adat. Pakaian ini terdiri dari beberapa kelengkapan yang diantaranya adalah Deta, baju hitam, sarawa, cawek, sandang, sesamping, keris, dan tungkek. 

A. Deta

Deta atau destar merupakan sebuah penutup kepala yang terbuat dari kain hitam yang biasanya dililitkan dengan sedemikian rupa sehingga mempunyai banyak kerutan. Kerutan pada deta ini melambangkan bahwa sebagai seorang tetua, ketika akan memutuskan sesuatu maka hendaknya terlebih dahulu mengerutkan dahinya untuk mempertimbangkan segala baik dan buruk di setiap keputusannya tersebut. Adapun berdasarkan pemakainya, deta ini sendiri dibedakan menjadi deta raja yang dipakai oleh para raja, deta saluak batimbo yang dipakai penghulu, deta gadang, deta ameh, dan deta cilieng manurun. 

B. Baju

Baju penghulu biasanya berwarna hitam. Baju tersebut dibuat dari kain beludru. Warna hitam pada baju ini melambangkan tentang arti kepemimpinan. Segala puji dan juga rasa haru bisa diredam seperti halnya warna hitam yang tidak akan berubah meskipun warna lain menodainya. 

C. Sarawa

Sarawa adalah celana penghulu yang juga memiliki warna hitam. Celana tersebut mempunyai ukuran yang besar di bagian betis dan paha. Ukuran tersebut melambangkan bahwa sebagai seorang pemimpin adat haruslah berjiwa besar di dalam melaksanakan tugas dan juga mengambil keputusan. 

D. Sasampiang

Sasampiang adalah selendang merah yang berhiaskan benang makau warna warni dan dipakaikan di bahu pemakainya. Warna merah selendang melambangkan sebuah keberanian, sementara hiasan benang makau sendiri melambangkan ilmu dan kearifan. 

E. Cawek

Cawek (ikat pinggang) berbahan kain sutra dan dipakai untuk menguatkan ikan celana sarawa yang longgar. Kain sutra pada cawek atau ikat pinggang ini melambangkan bahwa seorang penghulu haruslah cakap dan lembut di dalam memimpin serta sanggup mengikat jalinan persaudaraan diantara masyarakat yang dipimpinnya. 

F. Sandang

Sandang merupakan kain merah yang diikatkan dibagian pinggang sebagai pelengkap pakaian adat Provinsi Sumatera Barat. Kain merah tersebut berbentuk segi empat dan melambangkan bahwa seorang penghulu haruslah tunduk pada hukum adat. 

G. Keris dan Tongkat

Keris diselipkan dibagian pinggang, sementara tungkek atau tongkat dipakai untuk petunjuk jalan. Kedua kelengkapan tersebut merupakan simbol bahwa kepemimpinan merupakan amanah dan juga tanggung jawab besar.

3. Pakaian Adat Pengantin Sumatera Barat

Pakaian Adat Pengantin Sumatera Barat
Pakaian Adat Pengantin Sumatera Barat

Selain kedua pakaian adat tersebut, ada juga jenis pakaian adat Provinsi Sumatera Barat lainnya yang umumnya dikenakan oleh para pengantin di dalam upacara pernikahan. Pakaian pengantin ini umumnya berwarna merah dengan tutup kepala dan hiasannya yang lebih banyak. Sampai saat ini, pakaian tersebut masih selalu dipakai tapi tentunya dengan sedikit tambahan modernisasi dengan desainnya yang lebih unik.

source:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar